Selamat datang, teman-teman. Terima kasih telah mampir di cerita baru saya. Semoga suka. Jangan lupa follow, rate, subscribe, tab love, dan coment yaaa …. Selamat membaca!
Bab 1
Kisah ini ditulis atas permintaan pemiliknya. Kisah menyakitkan dari seorang penderita Bipolar, Danu Sudirja. Laki-laki bernasib malang yang tinggal di Pulau Emas, Sumatera.
Anak bungsu dari pasangan Romeo dan Julie. Anak yang tidak pernah diharapkan ibunya lahir ke dunia ini. Anak yang sudah berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan sejak masih ada dalam kandungan.
Ia sudah diperlakukan tidak adil sejak ia dinyatakan ada. Tapi Tuhan sepertinya enggan merenggutnya kembali. Tuhan terus melindunginya sampai ia lahir, tumbuh dan besar hingga detik ini.
Deritanya tak pernah berakhir. Siksaan masa kecil, bulying, dan segala hal buruk yang terjadi dalam hidupnya membuat ia memiliki semua ini. Bipolar dan kanker otak. Ia hidup menderita dengan dua penyakit itu, saat itulah ia berpikir tujuannya sudah dekat. Kematiannya sudah tiba, mimpinya sudah tercapai. Ia merasa bebas. Segala kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.
Danu terlalu bahagia. Ia lupa bahwa Tuhan sudah mengatur segalanya. Secara jelas, detail, dan tidak bisa dirubah. Tanggal kematiannya sudah ditentukan sejak ia masih berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.
Hari itu ….
Julie Wicaksono. Seorang ibu hamil yang sudah memiliki empat orang anak. Kini ia sangat benci dengan janin yang ada dalam kandungannya. Ia tidak ingin anak itu lahir, ia tidak suka hamil, ia tidak mau punya anak lagi!
“Aaaa!” Wanita itu terus menerus memukul perutnya. Menyampingkan rasa sakit yang ia terima. Karena yang ia pikirkan adalah janin dalam kandungannya tidak boleh lahir.
“Astaga Ibu! Apa yang Ibu lakukan?” seru Romeo yang melihat aksi gila istrinya. Pria itu langsung merengkuh wanita itu, memeluknya, memberikan ketenangan. Usahanya berhasil, wanita yang telah melahirkan anak-anaknya itu tidak histeris seperti tadi.
Pria itu terus menciumi kening istrinya, sampai ia menyadari ada sesuatu yang basah di bawah sana. Darah, cairan merah segar mengalir sampai ujung kaki Julie. Pria itu panik, ia langsung membopong tubuh istrinya yang ternyata sudah tidak sadarkan diri.
Tidak ada yang bisa Romeo lakukan, pria itu hanya bisa menatap cemas wajah istrinya ditengah padatnya jalan raya. Mendadak ia merasa jarak antara rumahnya dengan rumah sakit terasa begitu jauh. Padahal biasanya mereka akan sampai dalam lima belas menit. Entah kenapa, saat ini lima belas menit adalah waktu yang sangat lama baginya.
Suster dan beberapa petugas kesehatan langsung membantunya. Memindahkan tubuh lemas itu ke atas brankar. Memasukkannya ke ruang gawat darurat untuk segera ditangani oleh dokter.
Romeo mondar mandir di depan ruangan istrinya. Ia merapal banyak doa agar istrinya diselamatkan, juga bayi yang ada dalam kandungan. Pria itu ingin dua nyawa yang ia sayangi selamat tanpa kurang suatu apapun.
“Bagaimana, Dokter?” serbunya begitu Dokter keluar dari ruangan menakutkan itu.
“Tuhan memberkatimu, istrimu dan bayinya berhasil diselamatkan.”
“Alhamdulillah ….” Romeo terduduk. Laki-laki yang baru saja menjadi seorang muslim itu bersyukhur mendengar berita baik yang dokter katakan. “Apa saya bisa menjenguknya, Dok?” tambahnya.
“Ya. Tentu.”
“Terima kasih, Dok. Terima kasih.” Romeo masuk dengan semangat. Ia harap istrinya akan bahagia mendengar berita ini. Ia yakin Julie pasti sangat menyesal. Ia tahu istrinya itu wanita yang sangat penyayang. Tidak mungkin ia akan membunuh darah dagingnya sendiri.
Saat ia masuk, istrinya masih tertidur sangat lelap. Wajahnya tetap cantik seperti saat pertama kali ia melihatnya. Julie, satu-satunya wanita yang berhasil membuat hatinya jatuh cinta. Wanita terbaik, paling manis, dan yang pasti ia adalah ibu dari kelima anaknya. Pria itu terlalu larut memandangi wajah sang istri, hingga ia pun terlelap karena lelah.
“Ehmm.”
Romeo terbangun ketika inderanya merasakan tangan istrinya bergerak.
“Sayang, kamu sudah bangun?” tanyanya sambil mengucek mata.
“Hmmm.” Hanya itu jawaban yang Julie berikan.
“Kamu selamat, Sayang. Aku sangat bahagia. Kamu jangan sedih, karena anak kita juga berhasil diselamatkan. Sekarang kamu istirahat, supaya cepat pulih seperti sedia kala. Jangan bersedih, i love you Sayang.” Romeo mengecup kening istrinya. Sementara wanita itu hanya menatapnya datar.
Hari terus berlalu dan berubah menjadi minggu, minngggu menjadi bulan, Sampai akhirnya tibalah masa kelahiran bayi yang ada dalam kandungan Julie. Wanita itu gagal menggugurkan janinnya, karena setelah kejadian hari itu. Romeo terus menjaga dirinya secara intensif. Tidak ada kesempatan baginya untuk mengulangi aksi gilanya yang hampir merenggut nyawanya juga anaknya.
Matahari masih di ufuk timur, saat wanita pemilik perut besar itu mengalami kontraksi yang sangat hebat. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit oleh suaminya. Layaknya orang akan melahirkan lainnya, ia terus menjerit kesakitan.
“Oeeek! Oeeek! Oeeek!” Binar di mata Romeo begitu jelas. Pria itu sangat bahagia mendapati kelahiran putranya.
Wajah tampan, kulit putih, hidung mancung. Putranya ini benar-benar telah mewarisi semua ketampanannya. Mulai hari ini, anak itu akan dikenal dengan nama DANU SUDIRJA.
4 Tanggapan
I was studying some of your posts on this site and I conceive this
internet site is really instructive! Retain posting.Blog monetyze
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
3xqsmk
5j027t