Bab 1
“Jangan sentuh HP-ku! Sudah berapa kali aku bilang, setiap orang selalu punya ruang privasi. Dan HP adalah salah satunya, hanya karena kamu adalah istriku. Bukan berarti kamu bisa nyentuh dan buka HP-ku dengan bebas!! Paham?!” bentaknya suatu ketika.
Aku yang sedang mengangkat HP-nya dari atas bantal pun seketika langsung meletakkannya kembali.
“Ada apa, Mas? Kenapa kamu semarah itu? Nggak biasanya kamu marah-marah hanya karena aku nyentuh HP kamu, lagian aku pegang HP kamu tadi itu hanya untuk memindahkannya ke laci saja,” ucapku membela diri. Selama menikah, tak sekalipun aku penasaran dengan apa isi HP miliknya. Bagiku, selama ia bersikap baik dan bertanggungjawab, rasanya tak pantas jika aku masih curiga dan sibuk memeriksa HPnya.
Tapi, kemarahannya kali ini justru memantik rasa curigaku. Ada apa sebenarnya di HP itu? Sampai-sampai ia begitu marah hanya karena aku tak sengaja menyentuhnya saat ingin merapikan tempat tidur.
“Nggak ada apa-apa, sekedar mengingatkan. Barangkali kamu lupa, di mana batas ruang pribadi di antara kita,” jawabnya. Mengambil HP kemudian pergi meninggalkanku di kamar.
Wanita cenderung lebih gampang peka jika ada sedikit saja perubahan dari pasangannya. Itu juga yang aku rasakan saat ini, selama ini aku memang tak pernah membuka HPnya jadi rasanya sangat aneh jika ia tiba-tiba memintaku untuk tidak membuka HPnya. Seperti, ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan dari sana.
Aku tak menghiraukannya lagi, kulanjutkan aksi beres-beres dan menganggap mungkin Mas Angga hanya sedang banyak pikiran saja. Mungkin, ada masalah di pekerjaan yang ia simpan di HP itu dan tidak ingin membuatku terbebani, jika sampai aku tak sengaja membukanya.
Berpikir positif, itulah yang aku gunakan untuk mendamaikan hatiku.
***
“Makanan apa sih ini, Dek? Mas kan nggak suka kalau ada menu tempe dan tahu ada di atas meja yang sama. Kalau tempe ya tempe aja, kalau tahu ya tahu aja!” serunya. Membanting sendok di atas piring yang menimbulkan bunyi tak enak di telinga.
“Ada apa, Mas? Aku masak sayur bening, sama sambal terasi. Jadi enak kan kalau ada tempe dan tahu goreng? Pas banget sama menunya, cocok buat sarapan,” jawabku. Namun, reaksi tak terduga justru diberikannya.
“Berapa kali harus aku bilang sama kamu, kalau jangan pernah ada tempe dan tahu di saat bersamaan. Bisa kan, tempe aja. Terus sama ayam goreng kek, ikan goreng kek, atau apa kek. Asal jangan tahu. Atau bisa kan, tahu goreng sama ikan atau ayam goreng?! Bod*h banget kamu jadi istri. Kayak gitu aja mesti diajarin terus-menerus!” Mas Angga mengambil piring miliknya, kemudian melemparnya ke dinding. Pecahan piring berserakan, meski pecahannya tidak mengenai siapapun tapi suara itu membuat Naina yang tadinya tidur jadi terbangun dan menangis kencang.
“Ada apa, Mas? Apa salahnya makan tempe sama tahu barengan? Nggak ada aturannya kan, harus tempe aja atau tahu aja. Lagian di sini juga ada ikan sama ayam goreng. Kenapa harus dibesar-besarkan sih Mas? Kalau Mas nggak suka, aku bisa sembunyiin salah satunya. Nggak perlu kamu sampai banting-banting piring kayak gitu. Naina sampai bangun dan nangis gara-gara kamu,” ucapku kesal. Sudah lelah sepagian ini aku berkutat dengan urusan rumah tangga. Aku bahkan belum sempat memandikan Naina.
“Mas nggak akan kayak gini, kalau kamu becus ngurus rumah! Udah, mau ke kantor. Malam ini mau lembur aja. Nggak usah nunggu Mas pulang. Kamu fokus aja belajar jadi istri yang baik, dan jadi perempuan yang bisa diandalkan di rumahnya,” ucap Mas Angga kemudian berlalu pergi.
Aku menatap sekilas kepergiannya dengan mata berkaca. Bergegas aku melangkah untuk menggendong Naina, kutimang dan ketenangan. Tangis gadis kecil itu perlahan mereda.
“Mas Angga, ternyata tak hanya tentang HP saja kamu berubah. Kamu sekarang menjelma jadi sosok yang aku nggak tau. Ada apa dibalik perubahanmu yang terlalu jelas ini? Apakah ada hati lain yang singgah dalam hidupmu, hinggap kau pun berubah begitu kasar padaku?” tanyaku dalam hati. Bersamaan dengan setetes bulir bening jatuh di pipi.
Link
3 Tanggapan
Real good info can be found on site.Blog money
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.