BAB 1 : Noda Merah
“Hari ini masak apa Dik?” tanya Mas Arman yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Biasa Mas, aku masak nasi goreng kesukaanmu. Ngomong-ngomong, kamu kok keramas Mas? tadi malam kan, kita tidak ….” Tidak aku lanjutkan kata-kataku, karena Mas Arman tiba-tiba saja ….
“Kalau keramas enggak harus seperti itu dulu, kan?”
“Iya juga sih, Mas.” Aku menjawab sambil membenarkan lipstikku yang tadi sempat terhapus karenanya.
“Ya udah, makan yuk. Mas udah laper, nih.”
“Iya, Mas.”
Di meja makan kuamati wajah tampan suamiku. Ia tampak begitu menikmati masakan kesukaannya. Kami hanya makan berdua, karena memang belum memiliki momongan, dan tinggal terpisah dari orangtua kami.
“Mas berangkat dulu, ya. Takut telat.” Mas Arman melesat ke arah pintu.
“Iya Mas. Aku nggak di ini?”
“Maaf Dik. Mas buru-buru!” serunya sambil melambaikan tangan.
“T-tapi Mas!”
Deru mobil terdengar di telingaku. Aku mengernyit heran, saat kulirik jam di dinding, waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Jarak antara rumah dengan kantor Mas Arman hanya memerlukan waktu satu jam, sedangkan Mas Arman akan bekerja pukul delapan. Lalu apa yang dilakukan Mas Arman selama satu jam?
“Mungkin, Mas Arman takut macet,” ucapku menepis bayangan buruk yang tiba-tiba datang.
Aku akan bereskan meja makan, tapi suara di luar pintu membuatku urung dan berjalan ke depan.
“Di mana Arman!” bentak wanita paruh baya sambil berkacak pinggang.
“Mas Arman, baru saja berangkat.”
“Apa!”
“Iya, Bu.”
“Jam segini? Kamu ini istri macam apa? Pagi buta suami sudah diusir dari rumah. Mau nyuruh Arman kerja paksa kamu!” bentaknya kasar. Aku berulangkali menghela napas panjang demi meningkatkan kesabaran menghadapinya.
“Tadi Mas Arman bilang dia buru-buru, Bu. Jadi berangkat sepagi ini.”
“Alah! Alasan saja kamu!”
Aku diam. Menata hati yang hampir meledak. Sudah tiga tahun pernikahan ini aku jalani, wanita paruh baya yang tidak lain ibu mertuaku ini tidak pernah menerima keberadaanku.
“Minggir!” Ia menabrak tubuhku begitu saja.
Aku meringis, mengawasi dirinya yang pergi ke arah kulkas, tempat persediaan makanan kami disimpan.
“Arini, Arini!”
“Huffft.” Kuhembuskan napas lelah. Jujur aku bosan harus menghadapi drama ini setiap ia datang.
“Ada apa Bu?”
“Kulkas isinya hanya telur sama kecap. Kamu kasih makan apa anakku itu?”
“Itu hanya stok untuk sarapan saja, Bu. Karena Mas Arman selalu minta nasi goreng setiap sarapan. Siangnya Mas Arman makan di kantor. Saat malam ia akan membelikan makanan untuk kami berdua,” jelasku dengan sabar. Meski aku tahu penjelasan ini tidak akan berpengaruh penting untuk Ibu mertuaku ini.
“Arman bisa-bisa mati kalau hidup sama istri seperti kamu. Masak bisanya cuma nasi goreng. Makan siang dan malam njajan. Allahuakbar! Dia bisa bangkrut kalau begitu terus.”
“Maaf Bu. Tapi semua itu keinginan Mas Arman. Bukan keinginanku.”
“Halah! Ngeles saja kamu. Aku kasih tahu sama kamu Arini, lebih baik kamu tinggalkan Arman sekarang, daripada nanti kamu nyesel. Arman akan aku jodohkan dengan wanita pilihanku.”
“Aku tidak akan pernah meninggalkan Mas Arman, Bu. Maaf, bagiku pernihakan adalah sesuatu yang sakral. Aku tidak akan pernah membiarkan biduk pernikahanku hancur.”
“Hah! Percaya diri sekali kamu, kita lihat saja nanti. Siapa yang lebih benar mengenai Arman. Yang jelas, wanita rendahan seperti kamu, samasekali bukan selera Arman. Camkan itu baik-baik.”
Brugh!
‘Astaga, sudah tua tapi kuat sekali tenaganya.’ batinku sambil bangkit. Ibu dari Mas Arman itu pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
“Ya Allah, punya ibu mertua kok seperti jailangkung. Datang nggak diundang, pulangnya juga nggak diantar. Selalu saja tiba-tiba muncul, dan menghilang. Bikin jantungku meloncat-loncat saja.” Segera aku lanjutkan kegiatan yang sempat tertunda karena kedatangannya.
Sakit mendengar ucapannya. Tapi aku memilih untuk tidak peduli. Terkadang seseorang itu tidak akan bisa berubah, karena memang sudah karakternya seperti itu.
Selesai mencuci piring, aku bersiap mandi. Hari ini udara sedikit dingin, jadi aku memilih mandi setelah Mar Arman pergi bekerja.
“Astaga!” pekikku. Jorok sekali Mas Arman. Tidak biasanya dia seperti ini. Meninggalkan pakaian semalam di gantungan begitu saja, biasanya dia akan menaruhnya ke dalam keranjang pakaian kotor seperti yang sering aku instruksikan.
Meski sedikit kesal, aku tetap berpikir positif. Mungkin tadi malam dia sangat kelelahan, sehingga lupa menaruhnya ke dalam keranjang.
“Astagfirullah hal adzim!” Kali ini aku sungguh terkejut. Ada noda merah di kerah baju yang Mas Arman pakai kemarin.
“Noda apa ini? Seperti bekas lipstik.” Ingatanku berputar pada kejadian semalam, dan memang tidak terjadi apa-apa antara aku dengan Mas Arman. Seingatku aku juga tidak menciumnya, karena Mas Arman langsung masuk ke kamar mandi tanpa menyapaku.
Seingatku, aku juga tidak memiliki lipstik dengan warna merah terang yang terlalu mencolok seperti ini, lipstrik yang aku gunakan juga bukan yang meninggalkan bekas. Lipstik ini jelas lipstik murahan.
Lalu, bekas lipstik siapa ini?
Apa mungkin kalau Mas Arman ….
“Tidak!”
***
Bersambung ….
13 Tanggapan
Your blog lightens my day like a ray of sunshine. I embrace the positivity you exude.
mf1cmd
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
nb8am1
Hi there!
We’re interested in working with companies like yours for the long term. Could you send us your product list and prices? You can reach me on WhatsApp: +44 744 022 2905
To the http://esanagulpinar.com/fekal0911 Administrator
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Hello,
I hope this email finds you well. I wanted to reach out and offer you the opportunity to contribute a guest post to Time Bulletin, a Google News-approved website with a domain authority (DA) of 53.
TimeBulletin.com covers many topics, including business, technology, lifestyle, and more. So, whether you are an entrepreneur, a blogger, or a freelancer, you have a niche to promote your brand and expertise.
If you’re interested in guest posting on Time Bulletin, please don’t hesitate to contact us for further details. We promise you a top-notch service that will exceed your expectations, including link insertion if needed.
Thank you for considering our offer, and we look forward to hearing from you soon.
Hello,
Publish your article on Entertainmentpaper.com to expand your reach and visibility through featured articles and guest posts.
Thanks,
Shivaani
Hello,
Get your article or press release published on yahoo.com, Business Insider and 300+ websites to boost your online reputation and website’s authority. Let me know if you’re interested, and I’ll share pricing and sample links.
Thanks,
Raeesa
Hello,
Its opportunity to get featured on digitaljournal.com with your press release content. Publish your press release announcement on Digital Journal. For more details please get me back at priiyapateel@gmail.com
Thanks,
Priyanka Patil
Hello,
Get your article published on 100+ websites to boost your online reputation and website’s authority. Let me know if you’re interested, and I’ll share sample links.
Thanks,
Archana
Hi. We run a YouTube growth service, which increases your number of subscribers both safety and practically.
– We guarantee to gain you new 700+ subscribers per month
– People subscribe because they are interested in your videos/channel, increasing video likes, comments and interaction.
– All actions are made manually by our team. We do not use any bots.
The price is just $60 (USD) per month, and we can start immediately. If you are interested and would like to see some of our previous work, let me know and we can discuss further.
Kind Regards,
To Unsubscribe, reply with the word unsubscribe in the subject.